Laman

Sabtu, 08 Mei 2010

Mengapa Kamu Marah?

Mengapa kamu marah?

Marah adalah suatu perasaan sangat tidak senang sebagai reaksi atas suatu hal yang tidak menyenangkan, misalnya karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dll. Marah bisa juga berarti jengkel, berang, gusar yang ditandai dengan rona wajah yang garang memerah seperti terbakar, keluar kata-kata yang tidak enak didengar, atau malah diam tanpa kata-kata dan lain-lain.

Menurut sebagian ahli marah adalah reaksi kuat atas sesuatu yang tidak menyenangkan dan mengganggu pada seseorang. Ragamnya mulai dari kejengkelan yang ringan sampai angkara murka dan mengamuk. Ketika itu terjadi maka detak debar jantung semakin cepat, tekanan darah dan aliran adrenalin juga meningkat. Kalau sudah begini bisa-bisa perubahan psikologis akan menyebabkan timbulnya reaksi agresif dan perlakuan kasar dari sang pemarah. Akibat bagi dirinya akan berbentuk emosi dan energi sosial yang semakin rusak.

Energi marah itu sebenarnya alami dan manusiawi. Reaksi marah ini diperlukan saat ancaman datang, saat terjadi ketidakadilan, dan berbagai kondisi lainnya yang memang membutuhkan suatu energi untuk melakukan perlawanan. Sehingga apabila marah itu dapat dikelola dengan baik maka akan menjadi sumber penggerak perubahan, artinya energi marah itu diarahkan untuk menegakkan kebenaran. Sebaliknya marah yang tidak dikelola dengan baik justru akan menimbulkan cabang-cabang kemarahan yang lebih banyak.

Jadi, marah itu dapat berguna. Karena itu marah konon jangan dipendam sebab akan merusak emosi. Jadi lepas saja asalkan dilakukan dengan wajar dan segera bisa dikendalikan, jika dipendam akan menjadi sumber penyakit yang berbahaya dan merusak kondisi kejiawaan manusia. Di sisi lain marah bisa memotivasi seseorang untuk memecahkan masalah tertentu yang sebelumnya tersembunyi. Karena setelah itu yang bersangkutan segera melakukan evaluasi diri. Marah disini memberi sinyal mana yang dirasakan sebagai sesuatu yang benar dan mana yang salah. Konflik-konflik secara bertahap bisa diatasi dengan emosi yang tenang.

Saya juga pernah marah. Marah karena kecewa pada sikap pasangan, kecewa pada perilaku teman, diabaikan, rekan kerja tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, ditipu orang, dizalimi, disakiti, dan banyak lagi penyebab lainnya. Saya merasakan bahwa jika saya marah maka seluruh badan terasa panas membara bagai terbakar api, terpancing untuk melakukan pengrusakan, kata-kata pun tidak terkendali keluar mengalir begitu saja, dan seolah-olah tidak ada lagi kedamaian.

Memang marah bersumber dari nafsu ammarah yang jika dipersentasikan maka kebaikannya 30% dan keburukannya 70%. Jadi, sulit memang mendapatkan marah yang ideal. Marah identik dengan panas atau api yang tidak lain adalah iblis yang memang bertugas mengajak manusia supaya menjadi penghuni api (neraka). Olehnya itu diperlukan kesabaran untuk meredakan amarah itu. Ada prinsip yang bagus yaitu “Jika seseorang menyakiti kamu maka balaslah sesuai yang dilakukannya padamu, tetapi bersabar adalah lebih baik dan lebih mulia”. Tetapi yang banyak terjadi adalah seseorang membalas melebihi dari yang dilakukan orang terhadapnya, misalnya dia hanya dipukul dengan tangan justru dibalas dengan pembunuhan. Padahal maksud dari prinsip itu adalah membalasnya melalui jalur hukum yang adil bukan dengan main hakim sendiri.

Dan kesabaran adalah solusi terbaik. Mampukah kita bersabar???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar